Selasa, 19 Februari 2008

KIAT SUKSES ALA TUKUL ARWANA.

KIAT SUKSES ALA TUKUL ARWANA.


"Saya ini seperti pisau yang jelek tapi diasah terus sehingga bisa jadi
tajam,"sebut sesosok pria yang kini enam hari sekali menjumpai pemirsa
di stasiun Trans7 melalui program Empat Mata. Mudah ditebak, sosok itu
adalah Tukul Arwana. Banyolan yang khas, tepuk tangan ala monyet, bahasa
inggris yang kacau, kepolosan dan penampilan konyol yang menjadi trade
mark-nya, mampu mengantarkan pria bernama asli Tukul Riyanto ini
mencapai puncak keemasannya.

Tukul kini boleh jadi telah menjadi semacam ikon atau simbol orang desa
yang mampu 'menaklukkan' kota. Pengakuannya sebagai orang kelahiran
desa, dengan tingkah laku ! yang kampungan, slapstik, seakan menjadi
simbolisasi kesuksesan yang benar-benar dimulai dari bawah. Maka, tak
heran, ia dianggap mampu menjadi representasi kebanyakan orang yang
ingin sukses. Inilah yang membuat banyak orang mau antri untuk datang ke
acaranya, selain tentu untuk menikmati banyolan-banyolanny a.

Perjuangan kelahiran Semarang 16 Oktober 1963 ini memang sangat panjang
dan berliku. Untuk mendapatkan kesuksesan seperti saat ini, Tukul harus
berjuang dari panggung ke panggung. Menurut pria yang sudah suka melawak
di panggung 17 Agustusan sejak kecil ini, proses adalah bagian
terpenting dalam hidupnya. "Saya sudah kenyang diremehkan, dicaci, dan
dicibir. Saya jalan dari satu kampung ke kampung yang lain, dari satu
panggung ke panggung yang lain. Dan inilah yang sekarang saya terima,"
kata bapak satu anak yang sering menggambarkan dirinya sebagai hasil
dari kristalisasi keringat itu.
Menurut mantan sopir omprengan, kru shooting video, sopir pribadi, dan
penyiar radio ini, kunci sukses yang utama pada dirinya adalah menikmati
kelemahan dalam diri, dan mengubahnya menjadi berkah. "Makanya saya
nikmati saja diolok-olok, dijelek-jelekkan, wong malah itu yang
menghidupi saya sekarang." Selain itu, Tukul juga menyebut sejumlah
nama, selain istrinya, yang turut memberi andil pada suksesnya. Beberapa
di antaranya yaitu Joko Dewo dan Tony Rastafara yang pertama kali
mengajaknya melawak ke Jakarta. Ia juga menyebut Radio Humor SK dan
kelompok lawak Srimulat sebagai prosesnya memperkaya materi lawakan.
"Saya bisa mencapai ini semua berkat bantuan banyak orang juga," ujar
pria yang kini sering mengundang beberapa orang yang dianggap berjasa
pada karirnya, untuk ikut tampil di Empat Mata.

Kini, boleh jadi Tukul telah jadi pelawak paling mahal di Indonesia.
Konon, tarifnya sekali manggung mencapai Rp30 juta. Padahal, untuk acara
Empat Mata, ia sudah mengantongi kontrak hingga 260 episode. Jika
ditotal, plus honor jadi bintang iklan beberapa produk, pendapatannya
per tahun miliaran rupiah. Sebuah motor Harley Davidson kini juga
menjadi simbol kesuksesan yang sudah diraihnya. Rumahnya pun ada
beberapa, sebagian dikontrakkan untuk menambah pundi-pundi simpanan masa
tuanya. Bersama mantan majikannya, ia juga berencana untuk membuka
restoran.

Namun, mendapat kelimpahan rejeki demikian banyak, Tukul tak melupakan
asalnya. Karena itu, demi membantu rekan-rekan sesama pelawak yang belum
sukses, ia membelikan beberapa motor untuk dijadikan sarana ojek bagi
rekannya. Selain itu, ia menyediakan satu rumah khusus untuk dijadikan
tumpangan rekannya selama di Jakarta. Rumah yang dinamai Posko Ojo Lali
itu juga dijadikan ajang tukar pikiran dan meramu ide kreatif lawakan.
Selain itu, saat ini ia juga ingin merealisasikan sebuah program acara
untuk mengakomodasi teman-teman pelawak yang belum berhasil. "Banyak
pelawak yang potensial, namun belum terangkat. Saya yang sedang di
puncak ingin mereka juga bisa berhasil," harap Tukul.

Perjuangan Tukul dari nol adalah sebuah gambaran ketekunan dan keuletan
yang perlu kita contoh. Keyakinannya yang kuat untuk menjadi pelawak
terkenal, ditambah kemauannya belajar banyak hal, telah menjadikannya
sebagai ikon orang desa yang bisa menaklukkan kota. Perhatiannya kepada
sesama rekan pelawak yang belum sukses juga patut diteladani. Dengan
begitu, apapun bentuk kesuksesan yang kita raih, bisa lebih bermakna
bagi sesama.

Tidak ada komentar: