Selasa, 26 Februari 2008

HOBI VS KELUARGA

Gimana mengaturnya di dalam kehidupan berkeluarga?

Keduanya memegang andil untuk keharmonisan Anda dan pasangan.
Hobi dapat memberikan stimulan, seperti rasa happy, segar, tenang, nyaman, dan menghilangkan kejenuhan. Singkat kata, kecintaan pada hobi membuat semangat hidup tak pernah padam. Bahkan, dari situ akan tergali potensi yang mungkin dapat dikembangkan menjadi salah satu sumber penghasilan keluarga. Jika istri atau suami keberatan dengan hobi pasangan, sering kali konflik mereka sebetulnya bukan bersumber pada hobi itu sendiri melainkan pada cara pembagian waktu, perhatian, dan finansial untuk menjalankan si hobi.

TIPS BERDAMAI
- Kunci untuk menyelesaikan konflik hobi vs keluarga apalagi kalau bukan kemauan untuk saling menghargai, saling percaya, dan masing-masing pasangan memiliki kecakapan untuk membagi waktunya (antara kepentingan pekerjaan dengan kepentingan keluarga; antara kepentingan keluarga dengan kepentingan individu, juga antara kepentingan pekerjaan dengan kepentingan individu). Mau tak mau suami/istri mesti percaya dulu bahwa setiap individu butuh waktu untuk dirinya sendiri.
- Cobalah memahami keasyikan hobi pasangan dengan sesekali ikut mendampingnya menjalani kesenangannya itu. Atau bagi suami/istri yang hobinya "diragukan" kenapa tidak mengajak dengan manis pasangannya untuk sama-sama beraktivitas agar mengenal hobinya. Toh kalau tak kunjung menemukan enaknya hobi pasangan, boleh kok, bertanya langsung di mana keasyikan dan manfaatnya.
- Jangan ragu memberikan masukan cemerlang atas hobi pasangan. Contoh "Pa, kenapa tidak kita jadikan hobi Papa yang senang utak-atik mobil jadi bengkel betulan," umpamanya. Begitu pula suami pada istri, "Bunda kalau menawar barang kan jago banget. Bagaimana kalau barang-barang yang kita dapat dengan harga miring, kita jual lagi. Lumayan kan untuk buat beli susu si Adik."

JANGAN GUNAKAN UANG KELUARGA
Bagi si penghobi, harus ada aturan demi kepentingan keluarga yang tidak boleh ditabrak, yakni:
* Jangan menggunakan uang keluarga untuk hobi. Gunakan saja uang pribadi. Jadi jika si penghobi kehabisan uang, biarlah risiko itu ditanggungnya sendiri dengan tidak dapat membiayai kegemarannya itu beberapa waktu.
* Pembagian keuangan harus dilakukan sejak awal. Berapa persen jatah untuk keluarga (seperti uang belanja harian, uang bulanan, uang saku anak, uang sekolah dan kursus anak, uang kesehatan, asuransi, gaji pengasuh/babysitter, dan lainnya), serta berapa persen untuk kita dan pasangan. Bagilah waktu dengan adil dan fleksibel. Contoh dari Senin hingga Jumat, mulai pukul 08.00 hingga 17.00 merupakan saat bekerja. Setelah itu adalah waktu untuk keluarga. Manfaatkan momen tersebut dengan baik dan lakukan secara kontinu.
* Sabtu dan Minggu dapat dijadikan sebagai waktu untuk diri sendiri atau untuk keluarga. Semua ini tergantung kesepakatan bersama. Jika waktu untuk diri sendiri adalah Sabtu, manfaatkanlah dengan baik. Tentukan berapa lama kita akan bergelut dengan hobi tersebut. Nah, sisa waktunya bisa tetap kita gunakan untuk anak dan pasangan. Di hari Minggu, sesuai kesepakatan adalah waktu untuk keluarga. Kalaupun terpaksa karena ada peluang bisnis, misalnya, hobi bisa tetap dilakukan asalkan keluarga diajak.
* Hobi yang memakan waktu lama, seperti memancing di laut atau mendaki gunung, sebaiknya dimasukkan dalam jadwal tahunan.
Nah, dengan begitu semuanya menjadi jelas, tidak ada hobi yang harus ditinggalkan dan tidak ada hobi yang menyusahkan keluarga.

Tidak ada komentar: